Salah Orang Tua atau Takdir...?

Terinspirasi dari beberapa musibah yang terjadi, jadi ikutan was-was terhadap gadisku yang jauh di seberang... yang lagi senang2nya merasa bisa membawa kendaraan sendiri.  Meski kendaraan yang digunakannya sangat tidak bs dibandingkan dengan musibah2 tsb, mereka menggunakan mobil mewah, sementara gadisku hanyalah sebuah motor butut. Namun mengingat umurnya yang sama di bawah umur 13 -14 tahun, jadi ikutan H2C karena jauh dari pantauan si mama... :(

Jadi ingat cerita sendiri yang rada bandel... saat saya mencoba belajar mengendarai motor sejak kelas 2 SMP, pinjam motor kakak perempuan, diajar sama kakak yang laki-laki (tentu saja tanpa ijin bapak, ibu dan kakak... ^_^). Dan sejak SMA sudah mulai berani mencoba membawa motor di jalan raya meski itu masih meminjam motor teman sekolah, hal ini saya lakukan bila sifatnya darurat... ada teman yang lupa membawa peralatan/keperluan sekolah, agar lebih cepat kami meminjam motor dan sayalah membawanya dengan tanpa menggunakan SIM.

Membandingkan antara kelakuan anak2 yang terkena musibah, anak saya sendiri yang ikut2an berani dengan keadaan emosi jiwa diri saat di masa ABG dulu... mungkin beda2 tipis, 11-12... sebuah rasa yang sulit dibahasakan untuk sebuah rasa ke"ingintahu"an dan ke"aku"an sebagai seorang anak yang merasa mulai besar dan mampu untuk melakukan seperti yang dilakukan oleh orang2 dewasa.

Harap-harap Cemas (H2C) yang saya rasakan saat ini, mungkin sama rasa yang ada pada hati dan fikiran "ibu dan bapak" di saat usia anak2nya seperti itu. Jangankan di usia demikian, di saat usia nyaris melewati kedewasaanpun, si ibu masih selalu mengingatkan dengan ucapannya... "Hati-hati nak".

Bila sudah terjadi, untuk mencari siapa yang salah atau siapa yang  benar, sepertinya mencari mana yang dahulu, apakah ... "telur atau ayam"?  Saya kira, sebagian besar kita pernah merasakan jiwa dan emosi seperti anak2 kita sekarang, dan akan merasakan bagaimana perasaan seperti orang tua terhadap emosi anak2 yang demikian. Namun bila tidak, bersyukurlah... karena hanya kepada DIAlah kita selalu berharap segala kebaikan, bukan pada logika diri semata...

Berharap padaNya... agar diri, anak dan keluarga serta sekitar kita dilindungi dari nasib dan takdir yang buruk.


Depok, 09 September 2013
=====
sumber gambar: rinduku.wordpress.com
(repost-  September 9, 2013 at 6:11pm)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosok Perempuan bernama "Sri Mulyani Indrawati"...

Bila Bermental "Hangat-hangat Tahi Ayam"...

Dosen Harus Pintar..?