Bila Bermental "Hangat-hangat Tahi Ayam"...


Catatan dinihari...
------------
Suntuk + mata yang belum mau diajak berdamai tuk istirahat, membuatku mencari ide, agar kantuk dan penat segera datang membelai... OnLine + FB-an meski waktu sudah demikian larutnya (01.13 WIB), kenapa ya... padahal sejak subuh kemarin, badan dkk nya ini belum juga beristirahat... apakah harus dipikirikan koq bisa seperti ini... ?

Saya mencoba membuka wall dari beberapa group dimana saya telah diundang untuk ikut di dalamnya, alhasil hampir semua status dan komen yang ada, selesai terbaca ulang,dan sebelumnya memang sudah pernah dibaca. Heran juga, begitu banyak group yang terbentuk dimana saya sebagai visitornya, terlihat sudah beberapa bulan tidak terjamah dan di up date, baik oleh creator, moderator apalagi visitornya, termasuk saya tentu saja... sepertinya grup-grup ini terkesan dibuat terlalu mendadak, terburu-buru... awalnya bergairah...namun tidak lama kemudian, sepi... sunyi... diam dan mandek...seperti anget-anget tahi ayam.

Entah karena status-status dan komen yang sudah out of date, saya jadi bosan dan berhenti sendiri..., akhirnya saya beralih dengan mencoba membuka artikel-artikel berita online, termasuk juga yang sudah usang (tahun 2008-2009). Salah satunya membaca sebuah artikel usang tentang bank Century, seorang tokoh mantan ketua MPR yang telah diwawancarai oleh beberapa wartawan mengutarakan harapannya tentang angket Bank Century agar tidak melempem dan bernasib sama dengan sejarah angket-angket DPR sebelumnya, "Jangan punya mental 'anget-anget tahi ayam', katanya....maksudnya?

Dari sekian artikel yang sempat terbaca dan tersimak, saya terpikir kembali tentang kalimat "anget-anget tahi ayam", yang cukup menggelitk dan menarik sebagai inspirasi membuat sebuah note pendek... yah itung-itung menghilangkan suntuk yang melanda...

"Anget-anget tahi ayam"...yang dalam bahasa indonesia bakunya "Hangat-hangat tahi ayam"... kalimat ini tentu saja sudah sering terdengar, sejak di bangku SD kala belajar tentang arti sebuah periibahasa. Seingat saya arti dari peribahasa ini adalah ditujukan kepada seseorang yang mempunyai keinginan yang besar, tetapi tidak cukup kuat atau tidak tetap. bila diaplikasikan ke dalam sebuah kelompok/tim/grup kegiatan/ pelaksanaa khusus/kepanitiaan... whatever.... hal ini akan menngindikasikan bahwa kelompok/tim /grup itu mempunyai keinginan thd sesuatu /tujuan namun tidak bertahan lama karena mungkin saja konsep dasar atau support yang dimiliki tidak cukup kuat, sehingga dalam aplikasinya tidak berlanjut dan kontinu atau bahkan tidak tuntas seperti yang diharapkan dari keinginan awal.

Mental "hangat-hangat tahi ayam" sepertinya sudah menjadi sebuah kebiasaan dan budaya yang berurat akar bagi kebanyakan orang di negeri tercinta kita ini. Sebuat saja beberapa aturan, perundang-undangan serta banyak kasus yang telah mengguncang negara... dari masalah Hankam, Bencana, korupsi, moral sampai masalah keselamatan dan kesejahteraan rakyat kecil... masalah yang timbul dan mencuat, meledak bagai bom waktu, menggegerkan bagai gledek yang membahana, bagai kilat yang menyegat dan membakar dengan setrumannya... namun, beberapa waktu kemudian, tiba-tiba redup bagai pelita semprong di rumah-rumah berdinding untaian belahan bambu.... apakah sudah tuntas ataukah tidak ingin dituntaskan....?

Mental tersebut juga menjangkiti beberapa daya kreatiifitas dan motivasi kebanyakan orang, yang muncul dari beragam orang/kelompok dan bergam tujuan... pada siapa saja, dimana saja... apakah di kantor-kantor, di kampus, di Jalan-jalan, di pasar-pasar, tak elak lagi di dunia maya... apakah yang menyebabkan hal ini? rasa tekanan pada diri seseorang? jenuh, bosan atau sekedar euforia, hobby yang membuatnya asal-asalan? atau bahkan karena ada pengaruh pendanaan dalam sebuah kegiatan? atau apa? atau karena kurangnya tanggungjawab dari sebuah konsukuensi?

Memikirkan ini... ah, lebih baik tidur... kelopak mata sudah berat untuk terbuka... memang ini yang ditunggu sejak tadi bukan....? walau mental "hangat-hangat tahi ayam" sudah menjadi budaya umum nan sepele bagi kebanyakan orang, insya' Allah mudah2an untuk saat ini, saya tidak ikut-ikutan seperti itu... bila iya, saya bisa berabe dan sangat menyulitkan tentunya dalam mencari biaya tuk menyelesaikan tunggakan tugas yang tersisa...

Hakikinya mental ini muncul jikalau kita sudah tidak memiliki mental istiqomah... disiplin terhadap sebuah pilihan dan keputusan yang telah diambil... betulkah???
laa haula wa laa quwwata illa billah...


Depok, 26 Juli 2010
----
sumber gambar: Kompasiana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosok Perempuan bernama "Sri Mulyani Indrawati"...

Dosen Harus Pintar..?