Bimbingan dan inKonsistensi Diri...

Meski sumbernya belum jelas, sebuah hadits bagus yang lewat di beranda saya kutip... "Biarkanlah anak2 kalian BERMAIN dalam 7 thn pertama, kemudian BIMBINGLAH mereka dalam 7 thn kedua sedangkan  7 thn ketiga JADIKANLAH mereka bersama kalian dalam MUSYAWARAH dan MENJALANKAN TUGAS (Muhammad Rasulullah SAW)".

Teruntuk jagoanku saat ini sudah berumur 9 tahun lebih, masa 7 tahun pertama sudah dilewatinya . Dan saatnya masa 7 tahun kedua mulai diisi dengan bimbingan. Bimbingan seperti apa yang dimaksudkan oleh hadits di atas? saya hanya berusaha memahami bahwa bimbingan itu adalah mulai memberi pemahaman pada si anak bahwa dirinya seorang anak lelaki, yang suatu saat akan menjadi imam kapan dan dimana saja, terkhusus menjadi imam dalam sebuah keluarga. Olehnya pemahaman tentang tanggung jawab diri terhadap Tuhannya sudah harus menjadi kewajiban. Konsukuensi diri apakah lupa atau pura2 lupa itu tidak ada dalam kamus, dan  terhadap tanggung jawab itu menjadi prioritas utama.

Masa di 7 thn kedua ini, mungkin masa yg teramat sulit bagi para orang tua, dimana seiya ucapan dengan perbuatan sangat dituntut sebagai pembuktian konsistensi dari sebuah bimbingan. Sebagai contoh, Teringat kejadian di beberapa bulan yang lalu, si anak kena demam tinggi (krn Mumps). Di hari pertama demamnya sy masih berusaha membimbingnya utk tetap sholat meski sambil berbaring, namun dalam sholatnya ternyata anakku tertidur di raka'at pertama (mungkin krn pengaruh obatnya). Sesak rasanya karena haru yang tak tertahan membuatku  merasa bersalah dan berdosa besar padanya, namun karena berusaha memperlihatkan konsistensi itulah sehingga saya mengajaknya dan alhamdulillah dia menurut karena makna sholat yang dipahaminya sebagai obat agar segera sembuh dengan pertolongan dariNya bagi anak yang sholeh.   Karena setelah melihat dia tertidur demikian, rasa kasihan  sekaligus bersalah membuat saya tidak mampu konsisten terhadap sholatnya dan menunggu kesehatannya pulih hingga k.l 10 hari kemudian.

Ternyata penyakit Mumps ini adalah penyakit menular. Setelah si jagoan sembuh, kembali saya yang kena demam tinggi disertai kedua pipi dan leher membengkak. Meskipun rasa nyeri terasa di sekitar kepala, pipi dan leher, alhamdulillah tetap mampu melakukan rutinitas kewajiban kepadaNya. Di saat setelah salam itulah, jagoanku datang bertanya... "koq mama sholat, kan mama sakit? Kata mama, kalau mama sakit ga boleh sholat?" "ooh itu kalau mama sakit perempuan, jd ga boleh sholat" jawabku...
"kalau cuman sakit begini harus sholat", jawabku lagi.
"kemarin (pekan lalu, maksudnya) aku sakit aku dibolehin mama ga sholat, kan sakitnya sama dengan aku, tp koq mama hrs sholat?" tanyanya beruntun...
Wadduuh, saat itu saya hanya manggut2 sambil berusaha istighfar tdk tahu harus menjawab apa... untunglah dia cepat beralih fokus ke tontonan kartunnya, dan tdk berusaha melihat wajah bingung mama yg inkonsisten dgn bimbingannya... :((

Naluri kasih orang tua seringkali diperhadapkan antara boleh dan tidak boleh pada sebuah kewajiban. Kewajiban yang seringkali tdk mampu ditegakkan jika qta si orang tua juga tidak mampu memberi panutan pada mereka. Yah, gampang2 susah kata gaulnya... namun susahnya yg lebih banyak karena inkonsisten diri yang tak mampu dihilangkan.  Rancangan kasarnya, jika masa bimbing fase 7 tahun ini tidak mampu terlewati, haqqul yakinlah... maka fase 7 tahun tahap ketiga berikutnya,  akan muncul aral yang lebih besar dan lebit sulit untuk dilewati... mungkin kecuali ada keajaiban dariNya karena do'a2 tulus qta.

Mudah2an fase BIMBINGAN bagi teman yang memiliki anak2 di usia ini, dimudahkan untuk melewatinya dengan lancar tanpa aral dalam menerapkan konsistensi diri untuk mewujudkan seiya ucapan dan perbuatan...

wa laa hawla wa laa quwwata illa billah


Depok, 02 September 2013
=====
sumber gambar:ronisetiawant.blogspot.com
(September 2, 2013 at 10:01pm)
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosok Perempuan bernama "Sri Mulyani Indrawati"...

Bila Bermental "Hangat-hangat Tahi Ayam"...

Dosen Harus Pintar..?