Utang versi Lintah Darat...

Gilaa... katanya memberi pinjaman lunak, namun yang menjadi pengelola (mulai dari konsultan dan kontraktor) harus mereka yang menentukan, bahkan pengelolanya dari mereka sendiri. Belum lagi pengadaan barang dan jasa harus mengikuti aturan mereka. Sementara uang pinjaman, kita harus mengembalikannya dalam keadaan utuh + bunga2nya. Katanya, "bila tidak setuju, tidak apa-apa, tidak usah diproses".  Wah, inilah yang namanya LINTAH DARAT.

Seyogyanya dengan berutang, hasrat dan keinginan untuk membangun infrastruktur/fasilitas di semua lini tentunya bisa terpenuhi. Namun kenyataannya utang semakin menumpuk sementara fasilitas yang diidamkan tdk sesuai dengan yang diinginkan. Mengapa demikian? Karena nilai uang dari hasil pinjaman tersebut hanya k.l 30% yang mampu diserap alias termanfaatkan oleh kita. Kenyataannya, semua perencanaan yang diajukan tidak sesuai dengan apa yang bakal diperoleh. Pantaslah jika negeri ini jatuh miskin, membangun negeri dengan ketergantungan berutang sana sini. Namun dengan sangat sadar bila SUDAH DIKADALIN oleh para pemberi utang.

Ampun dah, yakin 1000% bila negeri ini tdk akan mampu lepas dari utang2 yang telah menumpuk setinggi gunung Everest itu, mungkin sampai kiamatpun tak akan lunas bila pemimpin kita tidak mau melepaskan diri dengan kebiasaan dan ketergantungan ini, bahkan bila perlu SDA negeri ini diobral dengan sangat murah sekedar untuk memuluskan keinginan berutang berikutnya... itulah karakter PEMIMPIN APATIS.

Negeriku sayang negeriku malang negeri sejuta pesona nan semu oleh ketidakpercayaan diri para pemimpinnya. Miris...


Depok, 20 Juli 2013
=====
sumber gambar: http://fiksi.kompasiana.com/cermin/2012/08/25/terima-kasih-lintah-darat-487753.html
July 20, 2013 at 2:36am

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosok Perempuan bernama "Sri Mulyani Indrawati"...

Bila Bermental "Hangat-hangat Tahi Ayam"...

Dosen Harus Pintar..?