Prihatin Sendiri...? ^_^

Kedua ibu tersebut setengah memaksa ke pak sopir agar dipercepat laju angkotnya karena takut terlambat. Pak sopir membantah bila hal itu tdk bisa dilakukan karena dia harus kejar setoran sehingga harus sekali-sekali berhenti menaikkan dan menurunkan penumpang. Pak sopir memberi saran, "kalo mauki cepat bu, carterki saja sekalian pete-petenya bu atau naik taksi ki", namun ibu2 tersebut menolak karena katanya mereka hanya ingin naik angkot sampai di Daya. ckckckc... saya geleng-geleng kepala melihat keberanian ibu2 tersebut untuk menghemat pengeluaran transportnya daripada memikirkan keterlambatannya dan ditutupkan loket check in. Setahu saya, pada jam 06 sore (maghrib) seperti ini, dengan padatnya kendaraan di sekitar Tello-Daya butuh waktu perjalanan minimal 45 menit (dengan angkot), dan check in ditutup minimal 30 menit sebelum jadual take off di lembar tiket... :(
Koq saya yang prihatin dengan logika mereka ya? Sesaat sebelum turun dari angkot, akhirnya saya ikut menyarankan... "Ibu naik taksi saja dari sekarang, takutnya ibu terlambat... ibu butuh waktu 1 setengah jam hingga sampai di Bandara, belum lagi harus melapor", "Tidak papa bu, sebentar lagi... nanti di depan pasar Daya" katanya yakin... lho bukannya pasar Daya dari rumahku jika naik ojek butuh k.l 30 menit utk kondisi spt ini? sementara mereka saat ini kan naik angkot??? heran... jadi sy yang tegang sendiri? hehehe
Mudah-mudahan mereka tidak telat dan dianggap ketinggalan pesawat (meski pesawatnya belum berangkat, namun sering loket check in nya sdh ditutup), karena bila itu terjadi... mereka akan sangat rugi dalam banyak hal. Hal seperti ini pernah saya rasakan, saat dikatakn telat 30 menit sebelum jadual take off (dlm tiket), padahal teman saya bilang pesawat msh 1 jam kemudian berangkat namun loketnya sudah ditutup dan tidak bs dibuka dengan alasan kursi saya sudah diisi orang lain (KOQ BISAA???).
Selain rugi waktu tertunda untuk berangkat, juga tetap dikenakan denda jika akan mengganti jadual berangkat pdhal tiket baru tetap harus dibeli dengan menukarkan harga tiket yg lama, sementara harga tiket untuk jadual selanjutnya biasanya sudah melonjak 50% dengan kondisi terpaksa seperti itu... Double funding dong sistem penjualanya... apalagi kursi saya sudah ada yang beli... betul2 sangat tidak manusiawi, KAPITALIS yang hanya mengejar keuntungan perusahaan...
Sebagai manusia yang mau belajar dan bercermin dari pengalaman pahit akan sebuah keterlambatan yang menyakitkan, tentu saja kita tidak ingin mengulang kembali... pun terhadap orang lain, rasanya tidak tega...
Teman, apakah kalian pernah merasakan pengalaman seperti itu? semoga tidak pernah... ^_^
Makassar, 27 Mei 2014
=====
sumber gambar: www.republika.co.id
(re posted - May 27, 2014 at 8:57pm)
Komentar
Posting Komentar