Butuh Revolusi Mental..?

Naik Ojek... adalah bagian dari aktifitaskuu sehari-hari jika akan pergi-pulang ke kampus-rumah. Seperti biasanya saat akan kembali ke rumah, tidaklah sulit untuk menunggu ojek2 tersebut, karena mereka sudah mangkal dan antrian di sepanjang jalan halaman depan FT. Berbeda dengan saat masih di rumah, tukang ojek harus dipanggil dulu by phone, yaah butuh sedikit pulsa + waktu.... tp ini lebih lumayanlah karena bila diitung-itung bisa ngirit ongkos berbentor ria bila tidak dipanggil... ^_^

Untuk yang ke sekian kalinya saya komplen dengan tukang ojek (??), pasalnya karena si tukang ojek melawan arah arus LaLin (baca:Lalu lintas). Sejak dari dalam kampus tepat di depan Fakultas dia sudah tancap gas membelokkan motornya melawan arah arus kendaraan lain dengan tanpa mau mendengar ocehan saya bila itu salah. Sesampainya di ujung gerbang pintu I kampus, tiba-tiba dia langsung menyeberang dan membelokkan motornya ke arah kiri melawan arah LaLin dari kiri... dan sesaat kemudian saya berteriak ingin melompat sambil menggoyang-goyangkan diri. si Tukang ojek kelihatannya kaget dan  sadar jika motornya oleng dan mendengar jikalau saya sudah teriak histeris di belakangnya. Perlahan dia menghentikan motornya dan bertanya, "ada apa bu?", "Bapak ini salah, harus berputar dan mengambil jalan di jalur sebelah" jawabku. "Tidak usah bu, sedikit lagi" bantahnya, "terlalu jauh kalo kita lewat sana, bensin bu bensin... sedikitji untungnya" jawabnya lagi memberi alasan yang beruntun. "Tidak, saya tidak mau... saya takut lewat sini, bahaya. Saya takut ditabrak. Pokoknya bapak salah" bantahku... "Susahna ibu ini, orang-orang lain yang mau ke perdos, lewat sini tidak pernah protes, ibuji... yang lain malah suka karena cepat sampe". "Ya sudah, saya tidak mau diantar lagi... tapi saya tidak mau bayar kalau saya cuma sampe di sini" bantahku... "Kalau mau dibayar, antar saya lewat sebelah..."kataku.

Heraan... Berapa rupiah keuntungan yang mereka kejar dan diperoleh jika menempuh jarak yang hanya berbeda waktu k.l 2-3 menit dibanding dengan keselamatan jiwa (penumpang+sopir) dan kerusakan jika ditabrak/menabrak kendaraan lain atawa ditangkap petugas karena melanggar arus LaLin, cuman seuprit kan?? Waaah... sepertinya, inilah salah satu mental yang harus direvolusi, belum lagi pengguna jalan yang  tidak paham akan fungsi "traffic light" di depan pintu I kampus yang nyaris membuat senewen saban hari karenanya... :(

Jika disandingkan dengan masalah2 yang sudah bertumpuk di negeri ini, mungkin hal ini bukanlah sebuah masalah bahkan sudah dianggap sebuah kebiasaan... atau malah yang memprotes akan dianggap aneh dan asing karena tidak seperti yang lain??? seperti kata tukang ojek tersebut di atas... :(

Memang benar kata pak Eddy Mulyadi dalam edisi sokpatennya "Revolusi mental mensyaratkan kesadaran diri sendiri dlm menyikapi tantangan, godaan, dan cobaan. Dlm kondisi skrg sulit mengajak rakyat utk melakukan revolusi mental, kecuali para pemimpin memberikan contoh keteladanan"...

So, saya ini apalah... hanya seorang  perempuan, ibu rumah tangga dan bukan pemimpin bagi siapa-siapa... jadi bagaimana bisa mengajak merevolusi mental tukang ojek (yang mungkin hanya bisa mikir keuntungan seuprit) itu apatah lagi mental orang2 yang merasa hebat di luar sana? hiikss



Makassar, 18 Mei 2014
=====
sumber gambar: http://sasterakuduniaku.blogspot.com
(re posted- May 18, 2014 at 2:29pm)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosok Perempuan bernama "Sri Mulyani Indrawati"...

Bila Bermental "Hangat-hangat Tahi Ayam"...

Dosen Harus Pintar..?