Bagaimana Kapasitas Diri...?

Benar adanya, jika seringkali kita cepat menilai tanpa mengevaluasi diri sesaat, sebesar apa kemampuan dan kualitas diri yang telah diperbuat untuk komunitas dan ruang lingkup sendiri. Terlalu banyak energi yang dihabiskan untuk mengomentari sekitar sementara kita tidak punya waktu membenahi kekurangan yang ada. Ada kalimat teman yang saya kutip saat menjawab..."Bagi saya lebih baik dianggap tidak bisa apa-apa namun tetap bekerja dan terus berupaya daripada kita menghabiskan waktu dan energi hanya untuk mendengarkan penilaian, karena memang tidak mudah mengakomodir semua keinginan...", atau kalimat miring dari seorang teman, "masih mending dulu waktu pak X menjabat di'? kalau pak Y yang sekarang ini parah dan bla bla bla..." atau juga kalimat miring seperti ini, "apa bagusnya program tersebut, toh orang lain di luar sana sudah melakukannya..."kata seorang yang mantan pejabat namun saat beliau menjabat tidak mampu melakukan hal yang sama sekalipun hal yang sedikit mirip...
Kembali ke link di atas yang telah dikomentari beberapa orang, saya mencopas komentar dari seorang teman pak Tarkus, "sebaik apapun seorang pejabat bekerja tak akan pernah memuaskan semua orang. Kita baru akan tahu bgmn berat pekerjaan seseorang setelah kita sendiri mengalami nya. Apalagi beliau menjabat kan bukan atas keinginan sendiri, beda dg saat beliau menjadi rektor yg berkampanye bhw beliau mampu. Memohon maaf sih Bagus jg dan kewajiban kita berterima kasih serta memaafkannya..." Ehmm, ternyata di antara kebanyakan orang yang sulit memaafkan orang lain, masih ada orang yang mampu melihat bila masih ada sisi kebaikan dari pak menteri sekaligus memahami kekurangan orang lain... ^_^
Akankah kita demikian...? Bila tidak, apakah karena kita selalu merasa jika kesempurnaan itu sudah dimiliki setiap saat dalam diri? Semoga...
Makassar, 02 Mei 2014
=====
sumber gambar: google.images
(re posted-May 2, 2014 at 9:26pm)
Komentar
Posting Komentar