Bila Berbicara dengan Fikiran Sendiri...
Tumben
telpon anakku saat ini membuat hatiku sedikit sedih... saya berfikir
dianya sudah senang, bahagia karena kerja kerasnya selama ini, namun
ternyata dia sedih karena ''ibunya seorang dosen"... yah, saya hanya
berusaha kembali memberi motivasi bahwa itu adalah buah kerja kerasnya
bukan karena kerja keras siapa-siapa, apalagi dengan ibu yang jauh
sebagai seorang mahasiswa yang lagi stress...
+++++
Teringat sebuah kisah di jaman Abunawas… seorang bapak sedang menempuh sebuah perjalanan, bepergian bersama seorang anak lelakinya yang sementara menunggangi seekor keledai. Dalam perjalanan mereka melewati beberapa orang, terdengar bisikan di antara kerumunan orang-orang tesebut, “kurang ajar sekali anak itu, sampai hati membiarkan bapaknya yang sudah tua berjalan kaki sementara dia duduk manis menunggangi keledai”. Terfikir oleh si anak, “iya, memang benar, saya tidak boleh berbuat begitu kepada bapak”, dan pada akhirnya mereka (antara bapak dan anak) bermufakat untuk bertukar posisi, si bapak yang menunggangi keledai mereka dan si anak yang menuntun sambil memegang tali kendali keledai tsb.
Tiba di suatu tempat dimana harus melewati sebuah rombongan yang sedang beristirahat, terdengar kembali suara berbisik di antara orang-orang tersebut, “alangkah jahatnya bapak itu, anak seusia itu dibiarkan berjalan kaki sementara dirinya yang menunggangi keledai…”, mendengar itu kembali mereka (bapak dan anak) bermufakat bila sebaiknya mereka berdua menunggangi keledai tersebut, maka naiklah mereka berdua menunggangi keledai.
Setelah beberapa waktu melanjutkan perjalanan, mereka kembali melewati beberapa orang yang sedang berkumpul, dan terdengar dengan jelas kalimat umpatan dari kumpulan orang-orang tersebut… “bapak dan anak yang tidak tahu diri yang tidak punya belas kasih terhadap binantang, keledai kurus sebesar itu harus ditunggangi mereka berdua…”. Si Bapak dan anak tersadar bila keledai mereka memang kurus, olehnya keduanya kembali bersepakat bila bagaimana jika mereka berdua cukup berjalan kaki saja bersama keledai tersebut.
Sesuai kesepakatan, bapak dan anak kembali melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki bersama sambil menuntun keledai mereka. Namun di tengah perjalanan yang tersisa, mereka masih harus kembali berpapasan dengan beberapa orang, terdengar ejekan tertawaan di antara orang-orang tersebut, "bapak dan anak yang tolol, punya keledai tapi tidak ditunggangi… apa gunanya punya bintang peliharaan jika tidak dimanfaatkan…“
+++++
Bila mendengarkan omongan orang-orang yang tidak mengenal dan memahami siapa dan bagaimana seseorang, memang akan muncul banyak pendapat, namun kita yang menjadi objek pendapat dan pandangan orang lain tidak perlu terlalu didengar, karena orang lain itu belum tahu siapa diri kita yang sebenarnya. Kebanyakan dari mereka, memang hanya bisa berbicara seperti apa fikiran mereka untuk diri mereka sendiri...
Depok, 29 Mei 2013
====
sumber gambar: googles.images
+++++
Teringat sebuah kisah di jaman Abunawas… seorang bapak sedang menempuh sebuah perjalanan, bepergian bersama seorang anak lelakinya yang sementara menunggangi seekor keledai. Dalam perjalanan mereka melewati beberapa orang, terdengar bisikan di antara kerumunan orang-orang tesebut, “kurang ajar sekali anak itu, sampai hati membiarkan bapaknya yang sudah tua berjalan kaki sementara dia duduk manis menunggangi keledai”. Terfikir oleh si anak, “iya, memang benar, saya tidak boleh berbuat begitu kepada bapak”, dan pada akhirnya mereka (antara bapak dan anak) bermufakat untuk bertukar posisi, si bapak yang menunggangi keledai mereka dan si anak yang menuntun sambil memegang tali kendali keledai tsb.
Tiba di suatu tempat dimana harus melewati sebuah rombongan yang sedang beristirahat, terdengar kembali suara berbisik di antara orang-orang tersebut, “alangkah jahatnya bapak itu, anak seusia itu dibiarkan berjalan kaki sementara dirinya yang menunggangi keledai…”, mendengar itu kembali mereka (bapak dan anak) bermufakat bila sebaiknya mereka berdua menunggangi keledai tersebut, maka naiklah mereka berdua menunggangi keledai.
Setelah beberapa waktu melanjutkan perjalanan, mereka kembali melewati beberapa orang yang sedang berkumpul, dan terdengar dengan jelas kalimat umpatan dari kumpulan orang-orang tersebut… “bapak dan anak yang tidak tahu diri yang tidak punya belas kasih terhadap binantang, keledai kurus sebesar itu harus ditunggangi mereka berdua…”. Si Bapak dan anak tersadar bila keledai mereka memang kurus, olehnya keduanya kembali bersepakat bila bagaimana jika mereka berdua cukup berjalan kaki saja bersama keledai tersebut.
Sesuai kesepakatan, bapak dan anak kembali melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki bersama sambil menuntun keledai mereka. Namun di tengah perjalanan yang tersisa, mereka masih harus kembali berpapasan dengan beberapa orang, terdengar ejekan tertawaan di antara orang-orang tersebut, "bapak dan anak yang tolol, punya keledai tapi tidak ditunggangi… apa gunanya punya bintang peliharaan jika tidak dimanfaatkan…“
+++++
Bila mendengarkan omongan orang-orang yang tidak mengenal dan memahami siapa dan bagaimana seseorang, memang akan muncul banyak pendapat, namun kita yang menjadi objek pendapat dan pandangan orang lain tidak perlu terlalu didengar, karena orang lain itu belum tahu siapa diri kita yang sebenarnya. Kebanyakan dari mereka, memang hanya bisa berbicara seperti apa fikiran mereka untuk diri mereka sendiri...
Depok, 29 Mei 2013
====
sumber gambar: googles.images
Komentar
Posting Komentar