Adakah yang setulus hatinya..?
Terkesima
mendengar sebuah cerita seorang teman (A)... jika seorang teman yang
punya jabatan lebih memilih naik ojek kembali ke rumahnya hanya karena
seorang teman (B) telah meminjam mobil dinasnya... subhanallah, masih
adakah orang yang demikian? kugosok-gosok kupingku sebelah jikalau saja
telah salah dengar, tapi ternyata tidak...
Cerita berlanjut, orang yang meminjam tersebut adalah si B yang seringkali memunggunginya dalam sebuah kepentingan. Hal ini dengan sadar bila sang teman yang pejabat itu tahu bagaimana karakter teman tsb. "mobil dinas adalah bukan milik saya pribadi, milik bersama..." jawabnya saat ditanya mengapa mau meminjamkan kepada si B.
Sebenarnya bukan cerita baru tentang hal seperti ini, malah sudah menjadi kebiasaanya berbuat demikian... hanya saja saya tidak pernah habis pikir tentang ketulusan beliau dalam memberikan apa saja yang menurutnya bukan miliknya, namun milik bersama sekalipun di atas kertas, itu adalah fasilitas pribadi secara temporer... dan lebih tidak habis fikir lagi, karena beberapa teman2 tersebut masih menganut paham sakti... "habis manis sepah dibuang" atau "kacang lupa pada kulitnya", umumnya mereka menganggap tidak ada kaitannya antara kebaikan yang diterima dengan kepentingan dan hak mereka... bahkan, justru bisa menjadi paham yang lebih sakti... "air susu dibalas dengan air tuba"...
Bilakah qta mampu memahami arti kebaikan dan ketulusan seseorang dengan tanpa harus diminta? Ehmm, bila iya kenapa? Yah, tidak apa-apa... namanya jg sekedar celoteh di larut malam karena bete akan ke "puyengan" thd solusi kejar setoran yang belum kelar2... :(
Depok, 28 Juni 2013
=====
sumber gambar: google.images
Cerita berlanjut, orang yang meminjam tersebut adalah si B yang seringkali memunggunginya dalam sebuah kepentingan. Hal ini dengan sadar bila sang teman yang pejabat itu tahu bagaimana karakter teman tsb. "mobil dinas adalah bukan milik saya pribadi, milik bersama..." jawabnya saat ditanya mengapa mau meminjamkan kepada si B.
Sebenarnya bukan cerita baru tentang hal seperti ini, malah sudah menjadi kebiasaanya berbuat demikian... hanya saja saya tidak pernah habis pikir tentang ketulusan beliau dalam memberikan apa saja yang menurutnya bukan miliknya, namun milik bersama sekalipun di atas kertas, itu adalah fasilitas pribadi secara temporer... dan lebih tidak habis fikir lagi, karena beberapa teman2 tersebut masih menganut paham sakti... "habis manis sepah dibuang" atau "kacang lupa pada kulitnya", umumnya mereka menganggap tidak ada kaitannya antara kebaikan yang diterima dengan kepentingan dan hak mereka... bahkan, justru bisa menjadi paham yang lebih sakti... "air susu dibalas dengan air tuba"...
Bilakah qta mampu memahami arti kebaikan dan ketulusan seseorang dengan tanpa harus diminta? Ehmm, bila iya kenapa? Yah, tidak apa-apa... namanya jg sekedar celoteh di larut malam karena bete akan ke "puyengan" thd solusi kejar setoran yang belum kelar2... :(
Depok, 28 Juni 2013
=====
sumber gambar: google.images
Komentar
Posting Komentar