Cukup menjadi Penonton...

Memang enak jadi penonton, utamanya jadi penonton gratis dengan sekian nilai plus plus bersamanya. Namun untuk menyimak kampanye2 yang digelontorkan dari para tim suksesi dan pendukung kedua pasangan kandidat capres-cawapres ternyata juga butuh waktu yang banyak, di satu sisi menarik karena mampu membolak-balikkan hati dan logika.

Bagi saya, untuk para pendukung dan tim suksesi... usahlah terlalu gusar dalam menanggapi sebuah artikel miring jika itu memang tidak benar apalagi jika harus menanggapinya dengan sebuah artikel miring (negatif) ke capres lainnya. Yakinkanlah diri jika capres yang didukung itu memang layak dan pas untuk diusung, tidak usah mengoyak-nguyik kelayakan capres lainnya. Aturlah strategi yang jitu dalam memperlihatkankan kelebihan2 dan kelayakan capres dukungan kita. Karena simpati para penonton atawa penyimak akan terfokus pada kelebihan dan kepantasan dari sang Capres dengan tanpa menjual kejelekan capres lainnya.

Aneh rasanya jika kita terlalu banyak berkomentar tentang sesuatu/seseorang yang tidak terlalu jelas ataupun tidak dikenal. Jika kita mengetahui atau mengenalnya sebatas informasi dari orang-orang yang berkepentingan dengannya tentu saja jangan dulu ditelan bulat-bulat. Kunyahlah dahulu... ibarat memakan sekerat daging perlu mengunyahnya sampai puluhan kali agar tidak memberatkan fungsi organ pencernaan, terlebih bila organ yang sedianya memfiltrasi racun-racun yang masuk ke tubuh. Jika tertelan bulat-bulat maka organ inilah yang sangat menderita karenanya. Dan bagi para tim suksesi, bila organ-organ tersebut menderita tentu akan merusak citra para capres sendiri. Bahkan seringkali para capres-cawapres dukungan kita terlihat bermesraan dengan capres-cawapres lainnya, sementara para pendukung dan tim suksesinya sudah meradang hati dan akalnya berhari-hari...

Kata anakku "santemikilah... kalo dia jadi presiden, kita akan tetapji seperti ini to ummi? yang bikin kita berhasil bukan karena siapa presidennya, tapi karena usaha dan do'a kita sendiri, kecuali kalau dia itu ada apa-apanya dengan kita". yups, namanya juga anak-anak... ^_^

Sebuah kalimat bijak yg seringkali didengar, "Jangan terlalu mencintai atau memuja-muji sesuatu/seseorang, karena bisa jd itu/dia tidak baik bagimu dan jangan pernah menjelekkan atau merendahkan sesuatu/seseorang  karena mungkin saja itu/dia yang akan menjadi penolongmu di suatu hari."
Yaa, siapa tahu memang benar demikian...
Wallahu 'alam bishshowaab...


Makassar, 19 Juni 2014
=====
sumber gambar: google.images

(reposting from my FB on June 19, 2014 at 11:42am)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosok Perempuan bernama "Sri Mulyani Indrawati"...

Bila Bermental "Hangat-hangat Tahi Ayam"...

Dosen Harus Pintar..?