Bidak, haruskah selalu dikorbankan...?

Selama ini, strategi dan taktik permainan catur yang ada di kepala  hanya sekedar sebuah hitung-hitungan imaji... namun tak disangka beberapa kejadian beruntun membuat logikaku mulai tergelitik dan berkembang untuk memahaminya sebagai sebuah strategi kasak kusuk yang sering digunakan banyak orang dalam sebuah permainan kotor, saking kotornya karena tidak mampu membuka logika pintar orang-orang yang mengaku super terdidik sekalipun...
BIDAK, seperti biasa selalu berada di garis depan yang selalu siap dan siaga, maju tak gentar untuk menghadapi tantangan lawan, tanpa harus memilki kesadaran diri. BIDAK hanya menunggu ke "profesional" an sang penggerak... dan seperti yang diketahui, semakin profesional sang penggerak, semakin kecil kemungkinan BIDAK-BIDAK yang akan dikorbankan, karena sang penggerak sudah tahu, si BIDAK lah yang akan setia menjadi pendampingnya hingga akhir perjuangan...

Fenomena yang terjadi antara kejadian satu dan kejadian lain yang ada di sekitaran kita, justru BIDAK-BIDAK setia itulah yang selalu dikorbankan dengan mudah tanpa mau berfikir lebih luas konsekuensi pertemanan, kesetiaan dan kepantasan ... yang penting target pemenangan terpenuhi.

Miris... melihat para penggerak yang super terdidik tersebut dengan tangan2 kotornya menyentil dan mengatur BIDAK-BIDAK muda generasi penerus menjadi pionir perjuangan dalam kondisi ketersia-siaan, dimanfaatkan rasa keakuan nya untuk menjadi tameng dari kelicikan ambisi jumawa  para sang penggerak... :(


Depok, 19 Februari 2013
======
sumber gambar: google.images

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosok Perempuan bernama "Sri Mulyani Indrawati"...

Bila Bermental "Hangat-hangat Tahi Ayam"...

Dosen Harus Pintar..?